Gambar : Sosok Ma Icih yang sedang mencari kayu bakar untuk memasak |
Hari
pertama puasa kali ini saya rasakan sangatlah berat bagaimana tidak, meskipun
hari pertama puasa jatuh di hari minggu/ libur namun saya harus masuk kerja
karena tugas saya sebagai tenaga administrasi di sekolah yang menuntut saya
harus kerja exstra dikarenakan
menghadapi tahun ajaran baru.
Lama
berkutat di depan komputer sekolah membuat saya letih dan lemas. saat waktu
senggang saya coba buka FB dan apa yang terjadi? Mmmm… banyak sekali FB’er yang
sharing menu masakan untuk buka puasa
dan yang pastinya gambarnya pun ikut dishare. Mmmm….. Makyos. Terlintas dalam pikiran membatalkan puasa saya
“astagfirulloh haruskan saya godin (membatalkan
puasa)”. Tak terasa waktu dhuhur pun saya lalui dan rasa-rasanya tugas sudah
saya selesaikan tak banyak cerita saya langsung pulang dengan menunggangi Honda
Kharisma keluaran 2004 warna hitam yang masih mulus namun sedikit kurang
tenaganya.
Seperti
halnya kegiatan orang biasa pada umumnya, setibanya di rumah saya langsung
berubah menjadi bapak rumah tangga maklum pengantin baru. hehehe dan
menggantikan tugas istri saya membeli bahan makanan untuk beruka puasa. Tak
banyak waktu saya habiskan di warung dan langsung pulang. Baru saja 2 langkah saya
keluar diwarung mata saya tertuju pada sebuah rumah panggung yang tidak asing lagi
bagi saya. Rumahnya sederhana pintunya hanya 2, depan dan belakang itupun sudah
reyod. Pun sama hal nya dengan
jendela yang mirip jendela rumah tempo dulu. Tak ada kaca di bagiannya
jendelanya dan sepertinya tidak pernah tersentuh cat. Langkah saya berbelok
arah dan penasaran untuk menemui si penghuni rumah tersebut.
Gambar : rumah sederhana dari Ma Icih yang ada di Kp. Babakan Imbangan, 01/03, Desa Cibulakan Cugenang-Cianjur |
Assalamualaikum…
salam saya suarakan sambil membuka pintu yang tidak berdaun. Waalaikumsalam
lirih suara yang merespon salam saya. Ya beliau adalah penghuni rumah tersebut,
rumah yang biasa saya kunjungi sejak saya umur 7 tahun sampai sekarang mau
menginjak 25 tahun namun kali ini agak jarang karena padatnya kesibukan. Tak
ada siapa-siapa di dalam terkecuali nenek tua renta yang badanya sudah bongkok
dan terkena penyakit scholiosis, lordosis
dan kifosis (penyakit tulang).
Ma
Icih... begitulah orang kampung menyebut beliau. Hidup menyendiri sehari-hari
namun di samping kesederhanaan beliau dia tidak pernah sedikitpun untuk
menggadaikan harga dirinya untuk meminta-minta. Sikapnya yang tawadhu justrulah
yang memberikan rizki yang melimpah. Tetangga-tetangga ma Icih tak pernah
tinggal diam untuk membantu biaya hidup beliau. Di kampung saya nenek yang satu
ini merupakan manusia yang umurnya paling tua. Tidak ada yang tau usia dari Ma
Icih. Namun sering saya langsung Tanya berapa tahun umurnya? dengan santai
sambil beliau menjawab “teu apal atuh…
ema ge poho iraha ema lahir, 300 tahun mah aya meuren” kalau diartikan
kurang lebih seperti ini “tidak tahu… ema juga lupa kapan ema lahir, umur
ema 300 tahun mungkin”. Meskipun sedikit tidak percaya namun yah seperti
itulah ma Icih.
Ada
satu hal yang membuat hati saya berdetak tak karuan saat saya berkunjung dan bertanya
“Masih puasa kah ema?” dengan suara
lantang sambil menumbuk pisang di baskom untuk buka puasa dia menjawab “Yaa…. Pasti atuh, orang anak kelas 3 SD
saja masih puasa masa ema yang udah tua kaya gini ga puasa malu dong kalah sama
anak SD jika ema ga Puasa”. Kata-kata tersebut membuat saya malu pada
pribadi saya sendiri yang ada-ada aja niat untuk membatalkan puasa dalam
kondisi sehat dan kondisi masih bugar. Satu lagi pertanyaan yang saya utarakan
kepada beliau. Tadinya saya ingin sekali memberikan apa yang beliau mau selama
itu masih bisa saya lakukan. “Ma…
sekarang apa yang ema inginkan”? di sela pertayaan saya dan jawaban ma Icih
saya berfikiran Emak pasti ingin, mukena, Qur’an atau sajadah? Saat fikiran itu
terlintas ma Icih menghentikan tumbukannya dan menatap mata saya dengan penuh
harap dan suara yang halus beliau menjawab:
Dan… Emak ini hidup sebatangkara
, tak punya anak, saudara juga jauh, tak banyak permintaan emak di akhir masa
hidup ema. Kalau bisa hanya 1 permintaan ema: Jika nanti ema meninggal tolong
mandikan ema, kafani ema, solatkan ema, kuburkan ema dan do’akan ema!” itu
cukup bikin emak bahagia. Jawaban yang tidak saya duga sebelumnya dan tak
terasa air mata pun menetes tanpa kompromi.
Gambar : Ma Icih Saat menumbuk Pisang + Terigu untuk membuat Pisang Goreng |
Tak
terasa waktu beranjak Pukul 16.00 wib sudah waktunya pulang. Ma Icih kali ini
mengalahkan motivator handal sekelas Mario teguh. Kali ini beliau mengajarkan
Hikmah Puasa dan hikmah hidup di dunia yang bersifat sementara. Mudah-mudahan
beliau diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan.
I
Love U Ma Icih.
Subhanalloh eta Ma Icih
BalasHapusSubhanalloh
BalasHapussilahkan berkunjung untuk bersilaturahmi
Hapusto Anonimous : mudah mudahan bermanfaat
BalasHapusI Love U so Ma Icih
BalasHapusTerimakasih saudara
HapusMudah-mudahan di berikan kesabaran
BalasHapusAmiin Rabb
Hapusnice pos....... hahahaha salut
BalasHapusHa.... mulai terinspirasi
BalasHapus