Jumat, 23 Desember 2016

Memanusiakan Manusia dengan Cara yang Manusiawi

Memanusiakan Manusia dengan Cara yang Manusiawi
(Bukan sekedar Essay tapi sebuah Do’a dan Harapan)



Seperti yang sering didengar pada saat kegiatan upacara bendera bahwa salah satu tujuan pendidikan Indonesia adalah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Berlangsungnya proses pendidikan seyogyanya dilandaskan atas rasa ikhlas dan kasih sayang. Salah satu hal yang sangat fundamental untuk mencapai tujuan tersebut adalah menerapkan kedisiplinan dengan cara yang bersahabat.

Namun hal yang terjadi saat ini masih jauh dari harapan. Beberapa kejadian faktual yang sering ditanyangkan di televisi sangat miris. Banyak sekali kasus kekerasan terhadap anak baik kekerasan secara fisik, psikis ataupun yang lainnya. Bahkan yang terjadi sebaliknya ada anak/ siswa yang sampai tega menganiaya gurunya yang notabene adalah orang tua di sekolah. Kalau sudah sepertii ini siapa yang akan dijadikan kambing hitam?

Indonesia adalah negara yang menganut faham ketimuran yang terkenal kental dengan rasa toleransi, kasih-sayang dan kekeluargaan. Tapi mungkin itu dulu ketika Indonesia belum terjajah oleh faham kaum kapitalisme yang saat ini semakin menjamur. Tapi mungkin itu juga dulu ketika Indonesia belum terjamah oleh arus modernisasi dan akulturisasi bangsa asing.

Peran orang tua/ atau guru sangat penting karena kedisiplinan ini tidak bisa ditegakan tanpa diberikan contoh nyata seperti salahsatu semboyan bapak pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan “Ing Ngarso sung tulodo”  yang mengandung makna di depan memberi contoh. Saya yakin tidak akan ada anak yang menjadi perkokok jika orang tua dan gurunya tidak merokok. Saya juga yakin tidak akan ada anak yang datang kesiangan jika gurunya datang tepat waktu. Sejalan pemikiran ki Hadjar Dewan Tara Filosofi Sunda yang menganggap guru itu adalah singkatan dari “di gugu dan di tiru” atau mengandung makna dituruti dan dicontoh. 

Kesimpulannya adalah penerapan kedisiplinan ini tidak bisa dilaksanan secara paksa dan tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan, karena saya yakin semuanya bisa dilaksanakan dengan cara yang bersabahat salah satu contoh kecilnya adalah dengan memberi contoh nyata dan motivasi kepada siswa. Juga tak lupa panjatkan do’a dan harapan kepada Allah Swt untuk kesuksesan kita guru dan calon guru yang Memanusiakan Manusia dengan cara yang manusiawi.

Dari saya :
Siti Hajar & Data Print untuk Indonesia




Sabtu, 27 September 2014

DAFTAR CAPAIAN KOMPETENSI PERSERTA DIDIK (UTS GANJIL TP. 2014-2015

Teruntuk anak-anakku yang sangat saya sayangi dan sangat saya cintai,
sebenarnya berat rasanya memposting nilai ini terlebih-lebih nilainya yang sangat bagus sekali
satu pesan dari Bapak : SEMANGKA! “Semangat Karena Alloh” Insya Alloh semuanya bisa di perbaiki.
berikut rekapan nilainya.




Catatan :
– Siswa yang belum UTS segera menghubungi bapak sebelum tanggal 03 September 2014.
– Siswa yang nilainya di bawah 75 akan di ulangi lagi secara serentak pada jam pelajaran bapak

Senin, 21 Juli 2014

Melancong ke Pantai Jayanti dan Santolo (Jalan-Jalan Part 1)


Bernarsis ria di Pantai Santolo Garut (Dokumen Pribadi)
Takjub dan bangga, bergitulah kiranya gambaran perasaan yang merupakan apresiasi hati ketika saya berserta ke-8 orang sahabat menapaki bentangan pantai nan indah di bagian Selatan Provinsi Jarat Barat. 
Perjalanan ini dimulai dari Cianjur Karena kita berdomisili di daerah Cianjur. Sebenarnya bukan tujuan kami untuk menyambangi ke-2 pantai tersebut. Tujuan kami adalah untuk Jalan-jalan ke sekitar Bandung yang diantaranya Gedung Sate dan Kawah Putih Ciwidey. Namun apalah hendak dikata semuanya pun kompak ketika kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pantai. Maklum semua masih bujangan ditambah mobil sewaan sudah di Booking untuk 2 hari jadi sayang kan kalau tidak dimanfaatkan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More