Berikut alasan mengapa kurikulum harus di rubah...
JAKARTA, KOMPAS.com - Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level
rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika.
Demikian hasil Trends in
Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII
Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association
for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston
College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara.
Untuk
bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari
42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari
penilaian tahun 2007.
Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut,
peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti
Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin.
Adapun bidang
sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara
yang siswanya dites di kelas VIII. Skors tes sains siswa Indonesia ini
turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007.
Wono Setyabudhi, dosen
matematika dari Institut Teknologi Bandung, yang dihubungi dari Jakarta,
Jumat (14/12/2012), mengatakan, pembelajaran matematika di Indonesia
memang masih menekankan menghapal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan,
guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan
matematika yang sudah ada.
"Padahal, belajar matematika itu harus
mengembangkan logika, reasoning, dan berargumentasi. Sekarang ditambah
malah harus bisa meyakinkan orang lain. Ini tidak pernah dikembangkan
dalam pendidikan Matematika di sekolah," kata Wono.
Menurut Wono,
kelemahan utama buruknya pembelajaran matematika akibat kualitas guru
matematika yang rendah. Karena itu, penguatan kualitas guru matematika
perlu diprioritaskan.
"Untuk pembelajaran tematik integratif yang
hendak diberlakukan di Kurikulum 201 juga dicermati. Jangan matematika
jadi tidak berkembang," kata Wono.
Terkait prestasi sains siswa
Indonesia yang masih di level rendah dan intermediate juga perlu
perhatian serius. Adanya keinginan pemerintah untuk menggabungkan IPA
dalam mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia di jenjang SD, harus
dicermati serius. Dari berbagai masukan soal struktur kurikulum di SD,
pendidikan sains dirasakan tetap perlu ditonjolkan sebagai mata
pelajaran tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Bermanfaat Semuanya, mohon koreksi dan saranya ya sahabat